Bergerak memenuhi
guru profesional

PPG Prajabatan Maksimalkan Kemampuan dan Kualitas Diri sebagai Guru

Afriyanti Yusuf (25 tahun) sudah bercita-cita jadi guru semenjak kecil. Cita-cita itu terbentuk karena lingkungan keluarganya di Kabupaten Gorontalo yang sudah tak asing lagi dengan perjuangan seorang guru. 

“Ibu saya seorang guru di Sekolah Dasar. Selain itu, guru-guru favorit (guru Bahasa Inggris) saya juga mengajar dengan luar biasa dan itu menginspirasi saya untuk menjadi guru,” imbuhnya. 

Ia terpikat oleh peran mulia seorang guru, yang tak hanya berkaitan dengan penyebaran ilmu, tetapi juga pembentukan karakter manusia. “Saya melihat para guru belajar tanpa henti. Ada proses belajar sepanjang hayat. Guru bukan hanya mengajar, tapi juga terus belajar dengan memberi materi, saya juga mendapat ilmu baru dari siswa,” ungkapnya. 

Ketika kuliah, ia memilih Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Gorontalo. Tahun 2020, ketika selesai S1 ia sebenarnya ingin langsung mengikuti Pendidikan Profesi Guru, tapi saat itu belum dibuka pendaftarannya. Akhirnya ia memutuskan untuk lanjut S2. Ketika semester 3, barulah ada pembukaan PPG Prajabatan dari Kemendikbudristek RI dan ia pun memutuskan untuk mendaftar.  

Afriyanti mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan di Gelombang 1, tahun 2022 lalu, di Universitas Negeri Gorontalo. “PPG Prajabatan adalah wadah untuk meningkatkan kemampuan guru,” ujar perempuan yang punya tekad untuk membawa profesi guru ke arah yang lebih baik ini. 

Pada saat mengikuti PPG Prajabatan, ia mendapatkan pengalaman yang luar biasa. “Saya merasa kualitas diri saya ditingkatkan. Pengalaman yang saya dapatkan sangat banyak, baik di dalam maupun di luar kelas. Bisa dikatakan pengalaman perkuliahan selama kurang lebih 8 bulan tersebut bisa saya dapatkan bertahun-tahun jika tidak mengikuti PPG Prajabatan,” imbuhnya.

Peserta lain yang mengikuti PPG Prajabatan bersamanya tak hanya dari Gorontalo, tetapi juga daerah lain seperti Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara. Ini menjadi salah satu hal mengesankan baginya selama pendidikan. Bagi Afriyanti, adanya teman dari berbagai daerah memberikan dampak positif yang jelas. “Mereka sangat banyak pengalaman dan pengetahuan. Saya banyak belajar dari mereka,” kenangnya. 

Pengalaman Praktik


Setelah mengikuti PPG Prajabatan, Afriyanti melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 3 Gorontalo dan SMP Negeri 7 Gorontalo. Ia bersama kawan-kawan lain mengajar beberapa siklus, membuat RPP, media pembelajaran, dan bahan ajar.

“Saya berlatih sekaligus berperan langsung sebagai guru. Semua ilmu yang saya dapatkan di mata kuliah diterapkan melalui praktik di sekolah,” tungkasnya. 

Suatu kali, ia akan mengajarkan materi Recount Text (teks yang menceritakan pengalaman di waktu lampau) kepada siswanya. Dan dalam menyampaikan materi itu ia mesti menggunakan pendekatan berbasis budaya. Ternyata hal ini tidak mudah baginya. 

Untuk media pembelajaran, ia membuat sendiri dalam bentuk video, menggunakan pemrograman seperti animasi “Saya kesulitan menemukan video yang cocok untuk bisa ditampilkan yang berkaitan dengan Recount Text dan memiliki konten budaya daerah Gorontalo. Saya tidak bisa menemukan video yang cocok,” ia mengakui. 

Dalam keadaan seperti itu, Afriyanti ingat bahwa selama PPG Prajabatan ia pernah mempelajari Topik 9: Computational Thinking, yang di dalamnya ada materi programming scratch, dan kemudian ia mencoba membuat animasi dari nol. 

“Saya sebelumnya tidak pernah menggunakan program animasi. Jadi, saya belajar dulu selama 2 hari tentang penggunaan program tersebut. Ketika sudah bisa, saya lanjutkan membuat media pembelajaran sesuai yang siswa butuhkan. Saya kemudian menggunakan konten-konten yang ada di daerah saya, misalnya video animasi yang bercerita tentang pengalaman saat berada di tempat wisata,” ujarnya.  

Upaya yang dilakukan Afriyanti ternyata mendapatkan hasil yang memuaskan. Dengan melihat animasi itu, para siswa langsung paham mengenai Recount Text bahwan sebelum dijelaskan oleh guru. 

“Saya merasa tujuan saya tercapai dengan menggunakan media tersebut, sebagian besar siswa-siswa saya lebih paham,” tambahnya. Bahkan, dengan hasil yang menyenangkan tersebut, Afriyanti menampilkan inovasi itu dalam seminar Pendidikan Profesi Guru. 

“Media pembelajaran tersebut mendapatkan feedback positif dan hasil pembelajaran siswa yang meningkat, juga dipakai oleh guru-guru lain. Guru-guru lain minta dilatih, juga ada tanggapan positif dari dosen. Ada guru yang meminta saya melatih mereka untuk membuat video animasi juga,” ungkapnya sangat antusias.



Refleksi PPG Prajabatan


PPG Prajabatan benar-benar mengubah banyak hal dalam diri Afriyanti. Kini ia bisa menghadapi setiap siswa agar menjadi lebih baik sekaligus memperbaiki dirinya sendiri sebagai guru. 

“Saya beruntung karena saat perkuliahan ada mata kuliah social emotional learning. Jadi saya belajar cara mengontrol diri dan mengontrol situasi serta sadar akan situasi lingkungan sosial. Saya merasa ketika dihadapkan dengan situasi siswa yang sulit, saya merefleksikan kepada diri saya: ternyata ini yang dirasakan oleh guru saya dulu,” ungkapnya.  

Afriyanti kini selalu berupaya mendekati siswa. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengenal baik siswa-siswanya, yaitu benar-benar mengenali karakter dan kepribadian siswa, justru agar tahu cara menanganinya. “Siswa sekarang sudah beda zaman. Kita harus mendengarkan siswa-siswa agar mereka mau mendengar kita,” ujarnya. 

Di samping itu, kepada para calon guru yang ingin mengikuti PPG Prajabatan berikutnya, Afriyanti tak lupa memberikan pesan berharga: “Kalau dilihat dari luar, orang-orang akan merasa PPG Prajabatan itu sangat sulit. Jujur memang sulit karena beban banyaknya tugas dalam satu waktu. Tetapi hasil yang baik akan didapat setelah tantangan demi rintangan dapat dilalui.”  

Afriyanti percaya bahwa untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat, kita harus melalui semua tantangan. “Buat calon guru yang ingin mengikuti PPG Prajabatan, kalian ada di pilihan yang tepat, karena dalam program pendidikan guru ini kalian bisa memaksimalkan kemampuan dan kualitas diri sebagai guru dan sebagai individu,” tutupnya.


signal_cellular_alt dilihat: 4,445 x